Apabila ingin melakukan wisata sejarah di kota Makassar, maka kunjungan ke Benteng Rotterdam tentunya sangat pantang untuk dilewatkan. Sisa peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo ini mengandung cerita sejarah yang sangat panjang, dimulai dari pergantian nama, kepemilikan, hingga fungsi. Lokasi benteng ini sendiri bertempat di Jalan Ujung Pandang No.1, Bulogading, Kecamatan Ujung Pandang. Letaknya terbilang cukup dekat dengan Pantai Losari.
Apabila dilihat dari atas, keseluruhan benteng ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak terjun ke laut, maka dari itu oleh warga sekitar benteng ini juga kerap disebut sebagai benteng panyyua (penyu). Hewan penyu sangat sesuai dengan filosofi yang dianut Kerajaan Gowa, yakni diyakini dapat hidup di darat dan laut.
Awal mulanya benteng ini dibangun dengan nama Benteng Jumpandang pada tahun 1545 dengan material tanah liat oleh Raja Gowa ke-9 bernama I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa‘risi’ Kallona. Kemudian, dibangun kembali oleh Raja Gowa ke-14 dengan material batu padas yang berasal dari pegunungan karst Maros.
Pada 18 November 1667 sebuah perjanjian Bongaya dilakukan oleh pihak Kerjaan Gowa dengan VOC Belanda, sehingga benteng ini beralih kepemilikan dan berubah nama menjadi Benteng Rotterdam.
Penamaan Rotterdam sendiri diberikan oleh Cornelis Speelman untuk mengingatkannya akan kota kelahiran dirinya di Belanda sana.
Benteng ini disebut-sebut memiliki struktur yang sangat kuat, sehingga masih kokoh berdiri meski pernah mendapatkan gempuran pada masa perang terdahulu. Benteng ini memiliki luas keseluruhan yang mencapai 2,5 hektar dengan total 16 bangunan di dalamnya yang mencapai 11.605,85 meter persegi.
Benteng ini memiliki 5 bastion–bagian benteng yang menjorok ke luar, yaitu Bastion Bone, Bacan, Buton, Mandarsyah, dan Amboina. Semua bastion terhubung satu sama lainnya dengan tembok, kecuali antara Bastion Bacan dan Amboina. Selama dikuasai oleh Belanda, benteng ini dijadikan gudang penampungan rempah-rempah di kawasan Indonesia Timur.
Didalam lokasi benteng pengunjung juga dapat dapat menyaksikan lima ribu lebih koleksi prasejarah, numistik, keramik, naskah, hingga etnografi di Museum La Galigo. Beberapa koleksi tersebut diantaranya seperti rumah adat, sejarah sulawesi selatan, pakaian adat, kitab kuno, peralatan nelayan, Pelaminan Lamming khas Suku Bugis, hingga lukisan Presiden Soekarno.
Terdapat juga kantor Badan Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan, hingga penjara tempat Pangeran Diponegoro menghabiskan sisa hidupnya. Namun begitu, pengunjung hanya diperkenankan untuk mengintip dan mengambil gambar dalam penjara melalui jendela kaca depan.
Dengan datang ke Benteng Rotterdam, pengunjung akan diajak sejenak menyelami sejarah hingga perjuangan pahlawan pada zaman penjajahan Belanda. Ada sejumlah guide yang siap membantu untuk mengupas tuntas kisah dari tempat ini. Didukung dengan posisi benteng yang menghadap laut, para pengunjung bisa menyaksikan keindahan pemandangan di sekitarnya dari ketinggian. (AS)
Topic : Wisata Sejarah Tags : Benteng Jumpandang, Benteng Panyyua, Fort Rotterdam, Museum La Galigo, Peninggalan Kerajaan Gowa – Tallo, Penjara Pangeran Dipenogoro, Sejarah Kependudukan VOC di Sulawesi Selatan, Wisata Sejarah Ikonik di Makassar